Hadiah Termahal Untuk Anak

Malam ini, 3 tahun yang lalu aku baru saja pulang menemani mama yang sakit. Menyuapinya, memberinya obat dan menunggu ia tertidur lalu aku tinggal pulang.

Sampai dirumah, handponeku berbunyi. Suara dari sana memintaku untuk bersiap besok hari dalam satu urusan yang mengawali perjalanan hidup ku saat ini. Aku marah dengan nada keras berkata tidak.

"apa yang ada dalam pikiran kalian! aku sedang hamil tua. sepertinya besok aku akan melahirkan. mengapa urusan itu menggantung hingga 2 tahun ??!!

Tapi balasan dari sana seakan tidak yakin dengan keadaanku yang tengah hamil tua dan Ancaman dia berbuah manis! Penggalah kepalamu karena aku masih ada yang menyukai. Meski akhirnya hidupku benar-benar terpanggal-panggal karena ulahnya. Karena hati yang sakit tak pantas di obati dengan hati yang berpenyakit.

Sejak kecil hidupku berkecukupan meski tak sempurna tapi kami tak tergiur dengan kemewahan dan duit kamu. Aku pergi menjawab tantanganmu dan haram kembali karena kesombonganmu.

Aku berangkat mandi dan istirahat. Malam itu terasa sepi dan menyedihkan. Aku sendiri, mama ku sakit parah sedang bulan ini masuk hari menunggu kelahiran anakku. Aku keluar rumah dan memandangi langit.

"ya Allah ya rabbi. mohon beri aku waktu untuk menebus dosaku. tolong beri aku waktu menebus dosaku.."

Air mataku berlinang, ku usap perutku yang buncit seolah-olah menyentuh bagian tubuh bayi kecil itu.

"sayang.. mama tahu. ini tidak mudah bagiku dan untukmu. tapi Allah lebih tahu jauh sebelum mama bertemu denganmu. kamu ada dalam kandungan mama. Allah tahu, mama akan menjalani kesalahan ini. dan Allah tidak akan meninggalkan kita."

"dia, pria itu. laki-laki yang akan kamu panggil bapak, mama minta maaf padamu. selama engkau ada dalam kandungan mama, ia menghadiahkan penghianatan buat kita. aku selalu membawamu dalam pikiran buruk tentang dia, dengan air mata disepanjang hariku, dengan keadaan yang tidak pantas untuk ibu yang sedang mengandung. pikiranku kacau sejak usiamu 2 bulan. aku tak sangka akan menemukan foto mantan dia yang di download dari facebook dan 5 foto itu disimpan dalam galeri fotonya sedang foto ku tak satupun ada disana. bulan-bulanpun berjalan dengan penuh rasa penasaran. mama berhasil mengungkap kebenaran itu bahwa aku pantas menyepaknya dalam hidup kita. maafkan mama sayang!"

Pagi hari menjelang, entah tidurku pulas dijam berapa, jarum jam itu menunjukkan pukul 7:00 dan sesuatu terjadi, aku akan melahirkan. Air mataku  mengalir. Entah bagaimana rupa ini andai berhadapan dengan cermin. Aku kebingungan, tanganku gemetar, tak satupun siapa bersamaku.

Berusaha tenang sambil mencari jalan keluar. Siapakah yang harus aku hubungi terlebih dahulu ? Oh Tuhan..

Dan akhirnya kamipun berangkat ditemani mama piara, adik bungsu tiba di rumah sakit setelah aku menghubungi mereka. Jam itupun terus berputar. Aku berusaha tenangkan diri jangan sampai air mataku jatuh.

Waktu istirahat setelah berjalan putar rumah sakit sambil menunggu reaksi sakit, kepala rumah sakit menghampiriku memberi semangat dengan sedikit candaan. Aku tersenyum kecut! Iya Pak, seharusnya bukan wajah ini yang menghiburku.

Dan malampun tiba. Dibantu ramuan pelancar bersalin, reaksi sakit berpacu dengan denyut nadiku. Rasa takut mati, aku menelfon pria yang menghubungiku malam kemarin. Meskipun aku membencinya, aku takut masih terbawa dosa bila malam ini malam terakhirku didunia.

"kak, aku mahu melahirkan. sekarang aku sedang tidur diranjang menunggu genap pembukaan. maafkan salahku ya kak ? aku kurang sabar dan banyak salah".  aku menangis. Pria itu mantan suamiku.

"sudah jangan pikir. kamu akan selamat bersalin. anak-anak besok baru kesitu." balas dia.
Dan telfon kembali berbunyi dari keluarga bayiku. Mereka keheranan karena ia tak bersamaku. 

Perintah bosnya itu lebih penting dari kami. Dia pergi persis diminggu aku akan bersalin. Dan begitu seterusnya dan begitu seterusnya dan begitu seterusnya. waktu dimana ia harus bertahan karena itu pilihan tapi pergi, jalan yang dia ambil. sampai aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya setelah ia memberi tamparan kuat pada kepalaku.

Apalah hargaku perempuan yang katanya memegang prinsip hidup yang kuat. 4 tahun hidup bersama tanpa ikatan. Sepanjang 4 tahun itu iya menunjukkan sikap aku harus patuh pada sikapnya diluar jalur. Hendak dibawa kemana anak-anak ini ?

Hari terakhir ia pergi tanpa rasa bersalah, rasa punya tanggung jawab, rasa memiliki, ia berangkat dengan uang sisa terakhir milikku. Seperti yang ia lakukan, tour gratis pulang pergi dibiayai.

Terakhir sebelum ini, yang paling menyakitkan, ia siap berangkat dengan membawa Joko yang masih berusia 11 bulan sedang aku hamil tua. Jawabannya ringan, supaya tidak merepotkan aku.

"oh Tuhan.. repotkah dirimu selama ini karena ku ? benarkah aku bukan bagian dari hidupmu ? tidak salah tindakanku menyuruhmu pergi untuk membebaskanmu dari kerepotan ini."
Sakitnya hatiku.

Dan akhirnya tanpa rasa bersalah ia berangkat sendiri meninggalkan aku yang tengah hamil tua dan bayiku. 😢

Aku ingin kita segera menikah karena ini ketakutan terbesar dalam hidupku. Apalah ini obor yang kupegang, kotoran sapi pula yang ku injak! Bagaimana jalan ini, petunjuk untuk mereka bila sekutuku dengan setan kekal abadi.

"pergii !! aku tak butuh lonte jalanan. bila aku tak cukup bagimu, silahkan. temui cita-citamu dapatkan apa yang kamu inginkan".

"kamu adalah duri yang menusuk ubun-ubunku menembus tubuh hingga kemata kaki. sakitnya mencabut duri dengan paksa tapi akan lebih sakit tusukan besi panas neraka jahannam yang aku ratu didalamnya. ambil dan bawa uang itu, supaya kamu tahu, aku tidak butuh kamu dan harta yang menenggelamkan persembahanku pada NYA. pergi dan jangan harap kembali. aku bukan budak yang membiayai emosimu dalam tour gratismu! aku terlahir sendiri. dan akan kamu kenang sebagai wanita keras kepala sepanjang perjalanan hidupmu".

Dari kejauhan di pedalaman ia menelfonku. Ah, air mata ini seperti ledeng pecah ketika suster berkata ada kelainan dalam proses persalinan. Aku meminta maaf padanya. Aku takut mati, ya Allah. Aku takut bertemu dosaku.. 😢

Akhirnya pada kontraksi terakhir, bayiku lahir. Ya Allah.. bayi mungil itu benar-benar kecil.... ia sangaaatt kecil. 2,8 kg hasil timbangannya.

Suster membersikan tubuhnya dan langsung menengkurapan ia di dadaku.
"mamaaaa...." ia memanggilku.. 😢 😢 suaranya serak namun jelas. ia tak menangis seperti bayi yanglain, hanya kata mama mengawali kehidupannya didunia.

Ya Allah, ampuni salah dan dosaku. Ijinkan hamba ini menebus dosa kesalahanku.
Aku dekap tubuhnya yang mungil. Sakitnya jarum infus yang menghalangi gerakanku, tidak aku rasakan lagi.

"sayaaannggg... engkau ada bersamaku. jangan khawatir ya saayyaaannnggg ?? mama sayang adek... 😢 😭 "
15 Juli lepas magrib 2014, bayiku lahir.

Apa yang bisa aku hadiahkan dalam perjalanan hidupmu anakku ? Rindunya engkau pada pria pintar itu yang dengan mudah meninggalkan kita, tak dapat aku pertahankan untukmu.

Terimalah hadiah dari Allah. Kakak laki-laki mama datang dan menggendongmu 2 hari. Ia penyayang anak-anak dan kalian cocok sekali. Allah paham hati dan perasaanmu.. Allah tahu apa yang kamu butuhkan. Selamat hari lahir sayang.... mama sengaja menulis ini untukmu kelak bila kamu telah dewasa bahwa mama akan bersamamu dalam rindu yang sama-sama kita pikul. 

Kesempurnaan yang sama-sama kita harapkan. Dan kita lalui itu bersama.

Meski aku tahu, aku takkan mungkin menjamin kebahagiaanmu dalam sebuah keutuhan ayah dan ibumu tapi aku akan lakukan itu dan kamu tak merasa kehilangan salah satunya dan ini hadiah termahal untukmu, perjuangan kita.

MAAFKAN MAMA SAYANG.. JOKOWI KU YANG MUNGIL. SELAMAT KELEHIRANMU DI HARI INI. 15 Juli 2017.

2 komentar:

  1. selamat ya semoga menjadi anak yang berguna bagi agama,nusa dan bangsa Amin.

    BalasHapus