Andaikan Aku Punya Uang Banyak, Aku Akan Menyelamatkan Perempuan Dan Anak

Malam ini, aku menangis sambil memeluk dua batitaku.

Sebelumnya, aku meninggalkan mereka untuk menyiapkan makan malam untuk kita bertiga. Tempat masak, sengaja aku pindah diluar rumah agar ruang main mereka agak luas.

Aku curiga dengan suara hening mereka. Sedang apa dua anak itu ? Aku membuang suara untuk memancing si kakak bicara tapi tak ada respon.

Setelah bersih ini, racik itu. Tutup. Aku segera buka pintu dan melihat mereka. Si kakak berlari mengikut adik menghindar sambil naik meja lalu lompat ke kasur.
Dua keranjang pakaian selesai dilantai dan berserakanu.

Aku berpindah keruang dimana anak-anak bermain. Disanalah aku temukan aroma tidak sedap. Mirip kotoran kucing segar tapi diluar tadi aman-aman saja.

"siapa yang pupup ?" tanyaku ke kakak. Kakak diam saja dan terus bermain.
Aku curiga semua pakaian telah habis diolesi pupup karena baunya itu terasa berbeda. Aku mulai mengumpul pakaian dengan hati-hati. Ternyata benar, pakaian itu ada sedikit pup yang menempel. Aku kembali bertanya.

"Pup siapa ini kakak ?" si kakak jawab, adek.

Pikiranku memanas, perasaan berangkat jauh menembus kesalahan yang menimpaku. Rasa lelah karena nyatpam tiap malam, jaga orang usil yang pernah ketangkap masuk membuat kepalaku semakin pusing. Pakaian itu aku ciumi satu-satu dan lolos, semua murni terkena pupup!

Aku bangkit dan memarahi kakak. Mengangkat adek dan menguncinya diluar. Amarahku diluar kendali. Suara teriakanku keras. Kakak menangis  sambil menghadap dinding. Suara adek yang keras diluar, membuat sumbuku kian meninggi. Ada apa ini!! kenapa kalian seperti inii..

"Kakak tau tidak! air lagi mati !! Bagaimana cara membersihkan semua najis ini ???!!!! Kaki mama masih sakit karna kutu air dan kepala mama pusing kurang tidur!! Kakaaaaaaaakkkkk !!!!

Suaraku melengkin seolah-olah hendak merobohkan dinding tembok rumah tetangga. Kekesalanku memuncak seolah hendak melempar kebodohanku pada mereka.

"Mama capek kakak.... mama mahu bobok.... mama pusiiinnngg........!!
Dari luar sana suara tangis adek tidak terdengar. Aku bergegas keluar dan ternyata si adek mainan sabun.

"Adeeeeeekkkkk.... !!!! ya Allaaahhh......!!!"

Aku membersihkan tubuhnya sambil terus ngoceh. Seolah-olah aku sedang berbicara dengan orang dewasa. Adek kembali menangis dan minta digendong tapi aku meninggalkannya dan menyuruh masuk. Suara tangis adek semakin besar. Oh Tuhaann...

Akhirnya aku membersihkan semua najis dan memakaikan mereka baju. Ingus adek karna pilek dan menangis membuatku sadar, mereka masih kecil.... Aku kesurupaann... ya Allaahh.... andaikan tadi aku memukul mereka sampai mati, mereka takkan membalasku Karena masih kecil. Jangankan membalas, melindungi diri sendiripun belum bisa.

Ku peluk dua batitaku. Rasa sesal Air mata ku turun yang menyesakkan dada.
"Sayaanngg.., maafkan mama.. mama salah.. mama pusing... adek jangan pupup gak bilang mama ya ? kakak.. kalau adek pupup kasih tahu mama.. mama nangiisss.........."

Ya Allah.. anak-anak itu masih terlalu kecil tapi harus mengerti keadaan orang tuanya. Kami memberikan sengsara dalam hidupnya tapi masih mereka pula yang disalahkan.

Apalah pakaian itu yang semuanya terkena pupup, dengan memarahi mereka sampai memukulnyapun, takkan mengembalikan keadaan apapun! Malah merusak memori anak yang sedang berkembang.

Aku sedih dan berusaha menghibur hatiku sendiri.

Dalam penghiburan aku berpikir, andaikan aku punya uang banyak, cukup aku korban terakhir kurang ilmu yang harus menjalani kehidupan aneh seperti ini.

Aku akan menolong kaumku dengan uang itu. Memberi nasehat, membimbing dan mendatangkan orang-orang yang berkompeten untuk ini.

Akan aku susuri tiap sudut bumi ini untuk mencari mereka yang membutuhkanku. Memeluk anak-anak kecil yang takberdosa dan memberi penghiburan buat mereka.

Cukup aku, jangan ada lagi. Cukup anakku, jangan tambah lagi.

Andaikan aku punya uang banyak, aku akan selamatkan perempuan dan anak-anak kecil yang tidak berdosa.

Andaikan aku punya uang banyak..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar