Jilbabku Jadi Pertanyaan Dan Stres Yang Mengganggu

Jilbabku Jadi Pertanyaan - Satu-satunya teman yang bisa di ajak tukar pikiran versi dia hanya sibungsu adikku. Aku banyak bercerita tentang keadaan dan suasana diluar. Bagaimana pandangan dia tentang masalah yang aku hadapi, tentang buah pikiran yang belum terselesaikan, dia paling polos bercerita apa saja sesuai pengetahuannya dan menyesuaikan dengan diriku.

Lingkunganku memang sempit. Sejak pindah kesini karana bercerai, aku seperti kehilangan semuanya. Teman-teman, sahabat dan kumpulan majelis ilmu. Tetangga yang muslim cuma satu. Belakang rumah gereja, depan sekolah, sebelah kiri stadiun yang sementara dibangun dan kanan rumahku tetangga yang muslim itu!

Disini hanya ada satu tempat kumpul orang islam untuk shalat dan lain-lain. Tempatnya kecil, karena ruangan kosong pemilik rumah yang dijadikan seperti mushola. Untuk mendapatkan masjid, kita harus naik angkutan umum kekota. Disana baru bisa dengar suara adzan yang menyegarkan hati.

Warga yang beragama muslim disini sebenarnya sudah cukup banyak. Sudah bisa di bangun satu masjid untuk Ibadah tapi adat istiadat disini, belum ada satu ormas muslim pun yang bisa masuk untuk minta izin membangun masjid. Sangat disayangkan. Padahal, ada lahan yang sudah disiapkan untuk membangun masjid oleh warga muslim disini. Semoga ada kemajuan dengan berdirinya stadiun olahraga rencana pon 2020. Itu harapanku.

Kalau kumpulan majelis ilmunya juga ada, ibu-ibu pengajian. Tapi kalau aku perhatikan, kiranya aku masuk dan itu tidak membantu. Karena mereka sama sepertiku, sedang belajar dan inginnya jadi guru. Sementara televisi, satu-satunya tempat mengisi kekurangan, butuh tehnisi dan belum untuk itu. Hampa kerontang mungkin bisa dibilang seperti itu, apa yang aku alami sekarang.

DAN JIKBABKU JADI PERTANYAAN

Adikku melihat kalau aku butuh hiburan, suasana yang menyegarkan pikiran, teman-teman riang melupakan sementara masalah yang sedang aku hadapi. Dia juga tahu kalau aku tidak puasa karna masih menyusui. Hari-hari hanya termenung, ngopi dan sibuk dalam rumah. Hanya yang jadi kendala JILBABKU. Mungkin belum saatnya aku berjilbab. Waktu keadaan dan hati tenang, bisa menggunakannya kembali atau tunggu benar-benar ubanku sudah merubah warna di kepala baru di tutup dengan kudung.

Kami memang tidak serumah. Tidak juga tumbuh bersama. Aku memiliki dia sebagai sibungsuku yang lincah hanya sampai usianya 5 tahun. Masalah dalam rumah membuat dia lari kerumah mama yang sebenarnya beragama Nasrani. Adikku tumbuh dan besar dengan mereka. Kami kembali bertemu setelah aku berumah tangga dan usia dia 13 tahun. Tidak tinggal serumah, karna adik harus melanjutkan sekolahnya dan kembali tinggal dengan bapak dan ibu piara.

Adikku juga sama sepertiku rumah tangganya berantakan dan itu jauh sebelum aku. Tapi paham kami berbeda. Dan dia pilih tinggal dilorong sempit antara 2 rumah dari pada serumah denganku. Alasannya sederhana, paham yang berbeda.

Aku hanya terdiam waktu dia memintaku tentang jilbabku. Ini seperti prinsip, dan aku memilih hidup sendiri juga karna jilbabku. Mantan suami yang juga punya pandangan berbeda tentang jilbab yang aku kenakan sejak kekas 1 SMA. Juga bukan karna orang tuaku tapi karna perintah Allah padaku. Aku hanya tak punya jawaban untuk mereka.

“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.  Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Seperti shalat, zakat, puasa, haram, murtad, zina dan semua hukum kepastian yang Allah telah cantumkan dalam kitabnya, aku tak dapat menghindari itu dan patuh padaNya. Aku memilikinya, meski Allah selalu sedih melihat kelakuanku tapi aku tahu, seperti ibu yang punya lautan kasih, tentu IA yang memiliki Ibuku lebih dari itu. 😢 Aku bersedih.

Sejak sadar aku kehilangan Ibu, satu-satunya yang dekat denganku, Bapak. Aku takut sekali kehilangan dia. Perjalan mencari siapa pemilik bapak, aku dipertemukan dengan kumpulan remaja muslim anti pacaran dengan beberapa pembina dari semua penjuru, aku diberikan sebuah buku aturah wanita shaleha. Minggu berikutnya berangkat sekolah, aku sudah mengenakan pakaian sekolah yang panjang dan jilbab. Aku jadi tahu bahwa aku tidak sendiri, ada Allah yang menjagaku.

Allah membimbingku tapi tidak dengan lingkungan keluarga. Masalah yang datang, nasehat yang masuk selalu bertentangan dengan pahamku. Sedih sekali rasanya dan hanya bisa mengurung diri.

Stres Yang Mengganggu - inilah titik akhir dimana keputusan telah aku ambil. Entah keburukan apa yang akan menimpaku kemudian, kali ini jalanku benar-benar salah.

Bukan tak ada usaha atau niat untuk mengawali semua dengan baik, kesadaran dari salah yang sedang dijalani yang terlalu rendah. Berusaha mengikuti alur cerita, sekali berusaha mengingatkan, kembali mengulur waktu dan benang putus!

Aku selalu merasa malu dibawah langit, merasa gelisah menginjak bumi, merinding disentuh angin, dan gemetar diguyur hujan, waktu sadar aku hidup. Aku hidup Tuhan.. apa yang aku lakukan ?? 😢 Bantu aku.. keluarkan aku dari sini, tolong selamatkan anak-anakku. 😢

Dan semua persyaratan sudah aku usahakan. Tinggal berangkat rekam mata untuk membuat KTP, demi manusia kecil yang tidak tahu apa-apa dengan kelakuan orangtuanya, aku kesampingkan semua kesan burukku tentang dia. Satu harapan, aku bisa membantumu dengan aku. Bercontohlah pada wanita tua ysng selalu kamu saing-saingkan dengan hallain! Ada masanya dimana aku berkata, kini waktumu, pergilah sayang! Kekashku! Aku telah ada untukmu sekian tahun, kini giliranmu untuk melanjurkan harapan yang tertunda. Usiaku yang kini 41 tahun dan akan semakin menua ketika menepause, ketika gairah hidupku menurun, aku akan mengikhlaskanmu dengan keinginanmu. Tapi sayang, dia memilih mengulur waktu dengan melanjutkan mimpinya yang kurang tertuils TAMAT!

Dan kini stresku memuncak diketinggian alam sadar manusia. Semakin aku berpikir melupakan dia, justru bayangan itu memutar ulang peristiwa perjalananku bersamanya. Kenangan kebodohan manusia. Harapan palsu karna kelalaian. Berpikir bahwa pikiran kita sama, bahwa kita bisa saling mengisi, bisa saling melengkapi, sayangnya dalam rancangan SETAN.

Waktu aku berpikir menerimanya demi anak-anak, kesalahan dia mendorong kasar keluar menjauhkan dia dari hatiku. Mungkin karna terlanjur terluka, sakit ini membuat keadaanku semakin stress dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Sesi terakhir yang aku tunggu. Kiranya ini akhir dari jawaban tiap hati yang sakitnya musti berpisah tapi masih mencintai, yaitu melihat dia memiliki wanitalain dan melanjutkan hidupnya. Walaupun tanpa menunggu aku tahu dia siap, tapi sifatku yang selalu berubah-ubah akan sangat mengganggu ketika aku harus menerima dia kembali dan lupa salah dia untuk di perbaiki. Dan kalaupun dia berubah, aku tetap tidak menerima dia kembali. Kalaupun Takdir itu ada padaku, aku mohon ya Allah, kiranya ia lebih baik dengan keadaannya dan oranglain, bukan denganku!!!

●●●

Itu cerita pengalaman pribadi saya. Diluar sana, masih banyak kisah yang lebih menantang dari cerita saya. Dan mereka punya cara sendiri untuk keluar dari masalah. 

Yang membuat saya kuat dan keluar dari jeratan setan adalah anak. Pertama saya adalah guru tunggal yang mengajarkan mereka bicara, berjalan dan mengerjakan semua dengan benar. Kalau pikiran saya masih terpaku pada keadaan yang buat kreativitas saya mati, bagaimana hasil karya saya ?

Pertama yang ingin saya selamatkan adalah diri saya sendiri. Anak tentu akan mengikut. Kedua membenahi hidup saya, didalamnya merubah cara berpikir, cara berinteraksi dengan oranglain, mengisi baterai ilmu yang habis dan kembali bertarung hidup. 

Kalau saya tetap memberikan waktu dia untuk memperbaiki diri dan kita tetap bersama, dosa saya terus mengalir, imbasnya keanak. Sayapun susah membenahi diri karena terlanjur kecewa dan terluka. Karena hilang kepercayaan itu seperti sapi yang di ikat lubang hidungnya. Kemana-mana harus ditarik dalam kesakitan. Di ikat supaya tidak lepas. Ikatnya juga di halaman sendiri supaya oranglain tahu itu milik saya. Cukup mengerikan!

Dan pesan saya untuk para lelaki yang tidak mempelajari ilmu menundukkan pandangan, cobalah menghargai pasangan dengan tidak menunjukkan kelalaian di hadapan mereka. 

Ok, dosa kamu punya. Salah dan lupa itu manusia tapi jangan sampai merusak hubunganmu dengan pasangan. Dunia ini tidak selebar kolor pasangan kan ? Cobalah memilih lubang semut yang sekiranya tidak disangka disitulah tempatmu mengumpul dosa kesalahan.

Selamat Berjuang!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar