Dia Ibumu Bukan Ibuku Tapi Aku Lebih Sedih Darimu

Dia Bukan Ibuku Tapi Aku Lebih Sedih Darimu

Waktu itu, ketika aku bersilaturahmi kerumah seorang kenalan saat lebaran, aku tertegun melihat tumpukan permainan anak tersusun sejadinya dibawah meja makan. Meja yang diatur hidangan disantap semut-semut genit dengan leluasa.

Pemandangan itu membawaku kekanan kiri sudut budut dan plafon bahkan ruang kerja, dapur, halaman depan rumah. Aku terdiam sejenak.

Aku mulai kembali membayangkan wajah ibu tadi yang menerima kedatanganku dengan tergesa-gesa.

Rekamanku belum baik karna hanya melihat raut wajahnya yang tersembunyi dibalik kerudung tipis warna krem, terlalu menjulur kedepan. Aku kembali kedalam dan menunggu kembalinya dari belakang.

"Mari, dicicipi dulu yuk!" kata ibu.

"Makasih buk. Nih anak-anak numpahin ngotorin lantai." sambungku.

"gak papa itu mah. Udah biasa, anak-anak mah begitu!"

Aku bergegas memberesi semua bahkan bekas sepatu anakku dan kursi tamu yang sedikit berantakan.

Akhirnya ia duduk dan mengajakku ngobrol. Aku lupa apa yang kita omongkan. Aku lebih merekam wajahnya dalam-dalam. Wajah itu bersih tanpa noda. Senyumnya yang ramah, membuatku betah berlama-lama dengannya.

Sebelum mengenal ibu, aku telah mengenali suami ibu terlebih dahulu. Orangnya lues, terbuka dan seperti ompreng di banting kalau lagi ngobrol. Brisikk! luruuss tanpa titik. Seperti jodoh kemiripin 90/sen, aku pikir bahwa mereka sama. Tentu si ibu juga baik seperti si bapak. Tulang rusuk sibapak kan yang ada di wanita itu..? hehe

Aku lebih yakin bisa ngomong seperti sudah lama mengenalinya.

Tak ada nampak ceria yang lepas dari kata dan wajahnya. Ia tak lebih dari seorang wanita pekerja yang sibuk 1x24 jam. Seorang balita tertidur pulas diruang tamu yang kemudian ku tahu bahwa ia merawat cucunya karna ayah ibunya bekerja.

AH... IBUK!

KAPAN PERJUANGANMU KAN BERAKHIR ?? APAKAH HIDUP INI BERPUTAR DISITU-SITU SAJA ?

Lihat pot bungamu yang kian usang. Bunga-bunga itu sebagian nampak kering. Tempat kerja suami ibu yang berantakan. Sedang ibu mengulang kegiatan 15 tahun yang lalu.

Aku merasa kembali kemasa mamaku masih hidup dan bertarung waktu demi anak-anaknya. Bapak yang jarang dirumah, satu waktu pulang justru menghadiai mama madu beracun.

Andaikan mereka tidak mengulang perkerjaan itu, mungkin akan lebih banyak waktu berduaan dengan mantan pacar. Secangkir kopi berdua.. Sepotong roti bersama.. Memandangi gelombang kehidupan lalu dan bernostalgia.

Perasaan ini seperti tempe penyet di kasih sambal! gak doyan thempe!!

Dia memang bukan ibuku, andaikan dia ibuku, aku takkan memberinya beban anakku. Cukup aku dulu bersamanya. Kini waktu ibu bersama bapak. Bersantailah.. bapak.. ibu..

Cukup kebahagiaan yang aku dapat menjadi contoh untukku. Aku takkan merepotkan kalian tapi aku akan membantumu meringankan bebanmu, menceriakan hidupmu dan menjaga bapak! ( kecut dah! )

AKU SAYANG MAMA AKU RINDU MAMA

2 komentar:

  1. Ibu adalah orang terbaik yan pernah kukenal, sosoknya yang lemah kembut sensntiasa mengingatkanku akan betapa besar kasih sayangnya kepada kami anak-anaknya, selamat beristirahat di sana ibu, doaku selalu menyertaimu...

    BalasHapus