Nilai 10 Juta Itu Tidak Cukup Untukmu


"Senyum-senyum saja mbakne kayak lagi senang!" Tegur saya.

"Iya mbak. Saya memang lagi senang. Itu loh yang kapan hari saya datang kesini mau minjem duit! Pas malamnya waktu sampean tutup kios, saya dapat penumpang yang ngasih duit 10 juta!"

"Sepuluh juta ?? Siapa mbak ? Penumpang dari langit ? Malaikat ?" Penasaran.

"Hallah! Mbak ini. Waktu dalam perjalanan kerumahnya, bapak itu sempat tanya. Nggak takut ngojek malam-malam buk ? Saya jawab, anak saya butuh biaya buat beli keperluan sekolah. Saya belum dapat sama sekali, sedang besok hari pelaksanaan. Sampai depan rumahnya, bapak itu ngeluarin duit satu bandel pecahan 100 ribu dari dalam tas. Ya saya kaget mba, loh buat apa ini ? Tapi bapak itu menyorong tangan saya kehadapan saya dan minta segera pergi. Dia gak mau di sebut namanya. Katanya, bilang saja dari hamba Tuhan kalau ada yang tanya, begitu katanya..."

"Tapi itu nilai terlalu besar untuk jaman sekarang." Balas saya.

"Iya mbak. Saya mau nangis waktu megang duit. Ada ya orang yang tergerak hatinya begitu saja! Saya pake buat kebutuhan anak, sisanya buat tambahan modal dan keperluanlain."

Obrolan saya dengan seorang teman yang terpaksa ngojek memenuhi kebutuhan keluarga dan sampai disitu, mbaknya pergi ngojek lagi.

Lewat berapa hari, mbanya datang lagi setelah lihat saya hilir mudik depan kios. Jarak pangkalan ojek dan kios saya tidak seberapa jauh. Kios yang jarang buka, kadang pikiran itu berjalan dengan sesuatu yang baru terlihat.

"Ini loh mbak, saya bingung. Dah kesana-kemari nyari pinjaman tapi belum dapat. Dari pihak BANK dah telpon minta jawaban tapi belum ada. Maksud saya, bantuin dulu saya. Nanti kalau pencairan 1, 2 hari, uang sampean tak kembaliin."

"Ya Allah mbak. Bukannya gak mau bantu tapi...bla bla bla, intinya gak punya uang.

"Mba. Saya juga baru kecelakaan. Nih paha sama lenganku memar kebiruan. Tambah berat pikiran." Sambungnya.

"Ya Allah mbaaakk.... kok bisa ??" Saya keheranan dan sedikit merasa kasihan. Pikir hati saya, kalau itu pertolongan dari Allah, apakah Allah menyertakan pula musibah bersamanya ? Ini pasti ada yang salah.

10 juta itu masih kurang untuknya. Apakah Allah akan memberi bantuan lewat gerakan hati hambanya setelahnya ?

Kemarin yang ia butuhkan hanya sekitar 300 ribu dan medapatkan 10 juta. Sekarang yang dia butuhkan 6 juta untuk tutup tunggakannya di BANK.

Hem.. benarkah pertolongan Allah itu dekat dan akan memberikan ia lebih dari yang ia dapatkan kemarin ? Rahasia ALLAH, hanya Allah yang tahu.

WaW...

Kebanyakan kita suka lupa kalau sedang MENGEJAR KUDA YANG BERLARI SEDANG LEMBU DIKANDANG IA LEPASKAN. Kita (perempuan) suka beranggapan bahwa saya mampu dan bisa tanpamu. Ini hanya soal keberanian dan mahu mencoba. Biarlah, rejeki Ada yang atur.

"Iya, rejeki ada yang atur tapi kalau salah cara mencarinya aturannya gimana ?"

Dan kadang rejeki dari Allah itu datang bersama rejeki dari setan. Allah akan memberikan sesuai kemampuan mencari. Memberi jalan keluar seperti apa yang kita lakukan. Bukan sesuai pendapatan oranglain atau pencarian oranglain atau keinginan oranglain Atau bagaimana ya benarnya ?

Ini paling sering saya jumpai dalam kehidupan sehari-hari saya.

Sebagai contoh yang baru saja saya lewati

Berapa bulan sebelum ini, saya sempat mengambil alih pekerjaan pasangan saya. Entah apa kejadian di kemudian hari ( hari ini maksudnya ) yang saya paham, ini harus saya kerjakan untuk meneruskan hidup.

Kesempatan pertama, kebutuhan yang mendesak, saya siapkan. Kesempatan kedua, yang penting-penting saya utamakan tergantung pendapatan saat itu. Saya tidak memaksakan diri. Semua sesuai keberuntungan saja.

Ada yang nawari minyak tanah murah, saya ambil. 50 liter nggak tanggung-tanggung saya sedia. Ayam 5 ekor murah, seekornya kena 100 ribu tidak saya kewatkan, terlebih memasuki bulan puasa dan lebaran, dipasar ayam kampung satu ekor bisa 200 sampai 500 ribu. Kain kasur, seprei yang sudah semestinya diganti, lewat tukang kredit tidak saya lewatkan. Satu hal lagi yang luarbiasa, angsuran bank lunas dalam waktu singkat.

Apa menurut Anda ini mudah saya lalui ?

Tidak. Saya harus mengalahkan rasa malas dan lelah. Lemas dan kurang enak badan. Komunikasi yang buruk tidak saya jadikan beban. Dan, keinginan saya tercapai.

Bulan berikutnya, permohonan pinjaman kembali kepada bank di kabulkan. Niat saya kepada Allah untuk membantu saya, menutup rasa malu saya dihadapanNYA! ALLAH yang memberikan saya hidup dan makan yang menjanjikan saya kemuliaan firdaus tentu harus saya penuhi.

( "Ampuni hambamu yang hina dina ini. Kiranya kebaikan yang tersembunyi didepan telah Engkau persiapkan." )

Uang ditangan. Rencana dijalankan. Beli baju, beli kerudung, sisanya sudah di anggarkan.

Namun sayang seribu sayang kiranya Allah maha tahu segalanya. Rencana menikah batal. Minyak tanah dan ayam akhirnya menjadi persiapanku memasuki bulan puasa dan berbagi dihari lebaran walau tanpa uang tunai ditangan. Dan hari ini aku dalam keadaan drop galau bin galau.

Tapi pada kasus saya beda. Tidak sama dengan yang dialami teman saya. Apa yang saya lakukan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Tempat mencari hidup, kios sembako sederhana yang jadi satu dengan tempat tinggal. Yang saya kejar kebaikan dibulan puasa dengan menyelesaikan urusan dunia.

Sementara teman saya itu, ia meninggalkan rumah, anak dan bergelut dengan alam bebas. Tanpa perlindungan suami. Kemungkinan besar rejeki yang ia trima susah untuk dipisahkan antara hak dan bukan milik. Antara nyata dan bayangan.

Usaha saya memang berjalan tapi tidak dengan rencana dari hasil usaha. Persyaratan untuk mengurus nikah sudah saya dapatkan tapi bukan menikahi diri saya sendiri.

Kejadian yang mendorong keluar semua masalah, mengena pada dasar prinsip hidup.

Final. Saya tidak mungkin meminta memohon berharap mengemis untuk di pahami.

Ini tentang tanggung jawab bersama yang akan kita pikul. Menjadi patner kerja dunia akherat, tidak mungkin berjalan mulus dengan prilaku hidup tidak sehat secara lahiriah dan jasmani.

Saya mundur. Dan meminta ia pergi meninggalkan kami. Saya dan 2 anak kami yang masih batita.

Ini permainan setan! Naudzubillah.. secara rasa, cinta dan sayang tidak kurang sampai detik ini sedikitpun! Tapi itu tidak cukup untuk membangun keluarga kecil yang sakinah. Astaghfirullah.

Waktu berjalan masuk bulan kedua yaitu hari ini, galauku semakin mendarah daging. Tapi, saya percaya dan yakin, ada sesuatu didepan sana yang akan saya jumpai.

Sedang teman saya, ia mengambil jalur lain untuk memenuhi kebutuhannya. Bukankah yang kita butuhkan hanya mengharap ridho ALLAH ?  Untuk setiap usaha yang inshaa Allah bernilai ibadah. Namun sayang, kadang tanpa sadar kita terus berada pada keadaan yang mengikat pikiran dan perbuatan tentang dunia.

Mengapa setiap istri yang merasa bisa mencari hidup diluar seperti suami, selalu mengambil keputusan sepihak dan pergi meninggaLkan rumah. Padahal jelas-jelas itu bukan pekerjaannya ?

Suami yang membiarkan istrinya mencari makan di luar rumah, bisa jadi ia berpikir Anda SOMBONG!! Terlalu melampaui hak dan kewajiban suami. Dan mereka akan membiarkanmu dalam benturan dan tetap santai.

Ngennes ( mengenaskan ).... !!

Menurut pemikiran sempit saya, seharusnya atau semestinya atau memang begitu aturannya, sesulit apapun kebutuhan dalam rumah tangga, sang istri tetap mengharap pada lembunya yang berpenghasilan yaitu suaminya. Karena ia memiliki lembu yang sehat, yang bisa memberi susu untuk di minum, bisa beranak untuk di ternak kembali dan di jual ketika besar nanti.

Tidak serta merta keluar dan berusaha mengejar kuda yang semakin hari semakin berlari kencang. Tuntutan hidup yang semakin hari semakin bertambah. Sekuat apapun seorang wanita, ia tetaplah wanita. Karena keridhoan suami tergantung sikap seorang istri.

Kebutuhan keluarga terlebih setelah memiliki anak, semakin hari bertambah besar.

BERJUANG DEMI ANAK

Banyak juga yang berkata bahwa apa yang saya lakukan ini demi masa depan anak. Memberi makanan bergizi, memenuhi kebutuhannya, menyekolahkan disekolah yang berkualitas, bukan sekedar sekolah biasa. Semua itu demi masa depannya yang lebih baik. Padahal untuk menjadi baik tidak butuh modal banyak, cukup menjaLankan hidup seperti yang di syariatkan saja sudah cukup.

Tidak perlu sekolah yang bagus, yang bisa membentuk akhlak karimah, didalam rumah saja sudah cukup membentuk prilaku sehat anak yaitu harmonisasi kedua orang tua, sabar menjalani setiap cobaan, tabah dengan kesakitan dan tetap bergandengan tangan untuk saling menjaga.

Semua sikap dan tindakan kita jadi contoh dasar seorang anak. Bagaimana bapak memperlakukan ibu. Bagaimana sikap ibu terhadap bapak. Itu akan tersikapi kepada anak! Perkembangan anak akan lebih sehat. Tentang hal-hal baru yang masuk kedalam rumah, semua butuh keterangan dalam tindakan. Itu contoh nyata.

Apakah kita pernah mengerti perasaan anak ? Pernah merasakan jeritan hatinya ? Pernah lebih dekat seperti nafas dan tubuh yang tak terpisahkan lalu kita berada jauh darinya dan berkata dia baik-baik saja ??

TIDAK!!

ANAKLAH YANG LEBIH MENGERTI YANG DI PAKSA MENGERTI YANG HARUS MELAYANI TINDAKAN ORANG DEWASA.

10 juta itu tidak cukup bahwa pertolongan Allah itu dekat bersama aturan yang sudah diberikan

Tidak ada yang lebih menyelamatkan selain teman yang bisa mengajak kejalan Allah

Egois itu mematikan rasa solidaritas sesama pejuang hidup

Mari sinau sebelum mati. Supaya daging kita juga enak diatas meja cacing! Hehehe... dan amal ibadah kita di restui Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar