Anak Dan Bapak Terpisah, Siapa Yang Paling Menderita

Sebenarnya anak dan bapak yang dipisahkan siapa yang paling menderita ? Jawabannya, Ibunya.

Bapak dan anak yang dipisahkan, siapa yang paling menderita ? Jawabannya ya Ibunya!

Yang berpisah hanya menanggung rasa tapi yang memisahkan, beban yang dia tanggung. Wajar kalau jawabannya Ibu.

Sementara apa yang ditanggung Bapak walaupun berpisah dari anak ?

Bapak tetap Bapak. Berpisah dengan anak atau tetap bersama tanggung jawabnya tetap sama kecuali menggauli ibunya.

Seorang laki-laki tetap mengawasi, memberi jaminan hidup kepada wanita yang ada anak padanya yang ditinggalkan. Supaya perhatian si ibu, hanya pada mengurus, mendidik danmerawat anak. Kecuali meninggalkan harta cukup untuk menjamin hidup, sampai siwanita menikah kembali. Atau bersatu kembali. Siapa tahu bersatu kembali.

Baik dan tidaknya seorang bapak, akan lebih baik bila tetap bersama anak dan ibu dari anaknya. Baik dan tidaknya perlakuan seorang suami keistri, sang anak tetap memerlukan bapaknya. karena jauh lebih tidak baik bila seorang anak mendapat bapak piara atau bapak tiri. Walaupun tidak semua laki-laki berprilaku sama, manusia tetap manusia. Lalai dan lupa itulah mereka.

Ada baik dan ada pula kurang baiknya bila seorang bapak yang tidak bisa berkumpul kembali dengan anak mengunjungi anak atau tidak mengunjungi anaknya.

Baiknya, dalam usia tertentu seorang anak akan lebih kenal siapa bapaknya. Hubungan mereka akan terus terikat meski tidak serumah. Banyak alasan yang bisa digunakan untuk menjawab ketidak beradaan bapak.

Kurang baiknya, dalam mendidik anak sosok seorang bapak yang tegas berpendirian sangat memiliki peranan penting membentuk prilaku anak dan itu tidak bisa diwakilkan! Terlebih bagi anak laki-laki. Sekeras dan setegas apapun ibu, bisa menyebkan pemberontakan bagi seorang anak. Lari dan mencari dimana bapaknya jalan kedua yang dilakukan. Bisa jadi anak semakin bingung dan bersedih dengan keadaannya. Melihat keluarga yang utuh, bergembira bersama bisa mempengaruhi prilaku hidupnya.

(Saya tidak bisa membayangkan hal ini bila benar terjadi dalam hidup saya)

Kenapa bapak tidak bersama kita ma ? Kan bapak ada! Kenapa mama tidak mahu mengalah demi aku... katanya mama sayang sama aku. Kenapa ma ? 

Apa jawaban yang tepat ? Yang tidak saling menyalahkan ?

Bukan mengenai siapa yang salah dan siapa yang benar, hak dan tanggung jawab yang musti di pikirkan.

Ada baiknya masa pertumbuhan anak tidak perlu bertemu bapak atau ibu yang tidak bisa bersatu kembali sampai sang anak siap menerima pernyataan dari keduanya. Dan tanggung jawab berat bagi pengasuh!

Sementara Bapak yang dipisahkan dari anak akan mudah melupakan anak setelah punya pendamping baru. Tentu akan melahirkan anak dan anak tersebut bisa lebih disayang sebagai pelipur lara.

Anak yang terpisah dari bapaknya, seiiring waktu juga akan lupa siapa bapaknya. Hanya siapa bapaknya tapi sosok seorang bapak tetap ia rindukan dan kembali mencari siapa dan dimana bapaknya. Ibu yang akan menanggung keduanya.

Ibu yang yang baik tidak menjerumuskan anak. Mencari ganti sosok seorang bapak dalam masa pertumbuhan, bisa mengacaukan perhatian dan sistim mendidik. Terlebih memiliki suami akhir zaman.

Siapkah Anda dengan tantangannya ? Anak jangan sampai korban. Timbang-timbanglah kemampuan diri.

Yang paling bijaksana tetap bersandar kepada sipemberi hidup. Yakin dan percaya, pertolongan Allah dekat dan nyata. Tidak ada yang mustahil bila Allah berkehendak. Segala sesuatu dimuka bumi ini dalam aturannya.

Yang paling baik merubah diri, merubah cara pikir, merubah segala salah yang kemarin mendekati kebaikan maka baik pula yang akan dijalani.

Hidup ini bukan semata-mata soal pendamping hidup karena berdamping atau sendiri, hidup tetap hidup. Waktu terus berganti meski kita hanya diam seorang diri.

Mari memperbaiki diri. Semoga Allah mempertemukan kita dengan hal baik di kemudian hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar